Skip to main content

Mencari Malam Tanpa Senja


Rembulan di atas stasiun tua di sudut kota kutanya kapan saat lampu-lampunya padam dan berganti mungkin cuma siluet.....*)

Lelaki dekil berkulit gelap dan rambut ikal dengan ransel compang-camping terduduk dalam diam...diatas selembar karton bekas dan sebungkus nasi...Duduk bersila dan dengan lahap menyantap nasi bungkus itu..Lalu lalang orang yang lewat di depannya tak sedikitpun mengusiknya bahkan dalam posisi makan itu kepalanya masih sempat mengangguk angguk ketika terdengar lantunan musisi jalanan...

Tak ada yang tahu persis siapa sebenarnya lelaki itu meskipun banyak diantara orang di stasiun yang hafal kapan dia datang dan kapan dia pergi..Yang jelas tak ada yang merasa terusik dengan kehadirannya..

Sosok yang akhirnya dipanggil "Budheg"..meskipun sebenarnya ia tidaklah tuli namun keengganannya tiap kali ditanya orang-orang disana membuat nama itu melekat dan menjadi penggilan sehari-harinya.
****

Rembulan di atas stasiun tua di sudut kota kutanya kapan saat lampu-lampunya padam dan berganti mungkin cuma siluet.....*)

Seorang wanita cantik nampak mondar-mandir melihat kesana kemari. Wajahnya risau menanti sesuatu atau mungkin seseorang..entah berapa kali ia mondar-mandir dari sisi satu ke sisi lain.

Dengan nafas yang masih terengah-engah ia terhenti dan akhirnya terduduk di dekat lelaki dekil dengan ransel compang-camping itu.

Melihat wanita cantik duduk di sebelahnya lelaki itu tersenyum dan menyapanya..
"Sedang menunggu seseorang mbak?"
"Ah tidak, aku tidak menunggu seseorang tapi aku berharap untuk melihat seseorang," jawab wanita itu.

Sesaat mereka terdiam. Seakan tak mau menggangu Lelaki dekil itu menoleh ke sisi lain kemudian bersiul siul dan bernyanyi sendiri...

Rembulan di atas stasiun tua di sudut kota kutanya kapan saat lampu-lampunya padam dan berganti mungkin cuma siluet.....peluit kereta datang mungkin mengangkut kenangan*)

"Maaf kenalkan namaku Senja, aku mahasiswi" wanita itu mengulurkan tangannya dan berjabat tangan dengan lelaki dekil..Lelaki itu terbangun dari keasyikannya menyanyikan lagu. Ia menjabat tangan dan hanya membalas dengan satu senyuman.

"Namamu siapa," tanya wanita yang mengaku bernama senja.
"Senja..hahahaha," lelaki itu hanya tertawa.

Merasa tak dihiraukan Senja hanya menarik nafas dan menggelengkan kepala..melihat lelaki didepannya yang hanya tertawa terpingkal-pingkal.

"Ada yang lucu dengan namaku?"
Ah tidak. Aku hanya heran saja..

"Oya tadi kau tanya siapa Namaku..Ah tak penting untuk menyebut siapa namaku..Lebih baik orang tak tahu siapa namaku..Tapi kalau masih memaksa panggil saja aku "Budheg" seperti orang sekitar stasiun ini memanggilku..,"

"Nama yang aneh. Heran saja ada orang senang diberi nama seperti itu,"
"Mau pergi kemanakah?", tanya Senja

" Tak tahu hendak kemana. Stasiun tempat semua berawal dan tempat semua berakhir...Stasiun kereta, gerbong ekonomi, jalanan...Satu paket cerita yang terbungkus rapi dalam kotak yang terkunci dan disembunyikan di tempat yang tak seorangpun tahu selain aku dan mata yang selalu mengawasiku...," Jawab Budheg.

"Hehehe..Senja..apakah namamu benar2 seperti senja? Keindahan yang begitu misterius.." Budheg menggumam sambil tersenyum memandang Senja.

"Aneh kau tak tahu mau kemana..apakah kau tak punya rumah? Apakah kau tak punya kerja?",
"Ya pasti kau tanya itu aku sudah menebaknya. Hahaha..tak tahulah apa aku punya rumah. Yah penampilanku memang lebih nampak sebagai seorang pengangguran,”
Rembulan di atas stasiun tua di sudut kota kutanya kapan saat lampu-lampunya padam dan berganti mungkin cuma siluet.....peluit kereta datang mungkin mengangkut kenangan*)

Lelaki itu kembali bernyanyi dan wanita itu hanya menggeleng-geleng keheranan...
“Apakah kau sedang menunggu seseorang?”, tanya lelaki
“Apakah perlu kuulangi sekali lagi,” jawab Senja
“Kau punya hak tuk tak jawab itu,” dan lelaki itu kembali bernyanyi
Bulan teranglah lebih terang malam ini..agar aku semakin terang menerawang kenanganku diantara manusia.. *)
“Hei berhenti bernyanyi sendiri..!” sela Senja.
“Aku seorang pengarang...ini caraku mencari ide. Ini caraku berekspresi,” kata Lelaki
“Oo seorang pengarang. Kumpulan orang-orang kesepian yang hanya berteman coretan-coretan berisi kata-kata kosong,”
“Itu hakmu..dan aku menikmati semuanya,”
“Dasar memang seperti itulah pengarang. Semua sama pengangguran berkedok,”
“Hahaha..memang seperti inilah nasib kami tapi kami menikmatinya. Memang tak semua oranng mengerti bahasa seorang sastrawan. Tak semua orang suka dengan kiasan. Mungkin kau tipe orang yang suka dengan blak-blakan,”
“Ah benar katamu..aku suka dengan kata-kata pasti..kata-kata sederhana. Semua kalau bisa disampaikan dengan sederhana. Penghianatan perlu dimataku tak perlu dengan tipu daya tapi dengan keterus terangan saja,”
“Hahaha..benar tebakku..kau wanita terluka. Ah tapi aku tak mau turut campur dengan wanita terluka. Dalam keadaan yang terluka masih tetap biasa mencacahku jadi potongan-potongan kecil. Mencincang-cincangku”
“Ah tidak mungkin wanita bisa seperti itu. Seringkali mahluk lemah seperti aku selalu saja menjadi korban,”
“Seperti itu ya...”
Dalam hati sang lelaki hanya tertawa......kini ia kembali bernyanyi namun hanya dalam hati saja...
Bulan teranglah lebih terang malam ini..agar aku semakin terang menerawang kenanganku diantara manusia.. *)Dulu kata-katanya juga seperti itu. Hingga akhirnya kau berkata atas nama tidak tahu dan tak merasa..ah...
Rembulan di atas stasiun tua di sudut kota kutanya kapan saat lampu-lampunya padam dan berganti mungkin cuma siluet.....peluit kereta datang mungkin mengangkut kenangan*)

“Kau hanya terdiam..apakah kau tidak percaya dengan kata-kataku? Lelaki memang sulit untuk mengerti”
“Memang benar aku memang sulit untuk mengerti dan seringkali salah menafsirkan arti sebuah isyarat”, kata lelaki dalam hati.
“Seperti itukah..aku baru tahu,” kata lelaki
“Ah lelaki memang seperti itu. Lelaki selalu menuntut lebih dari apa yang bisa diberi seorang wanita.,”
“Kau bawa jam? Jam berapa sekarang?” Tanya Lelaki
“Sebentar lagi senja,” Jawab senja
“ooo benarkah...aku menunggu kereta jam setengah tujuh,” Kata lelaki itu
“hendak kemanakah kau,” tanya Senja
“Sudah kubilang aku belum tahu, Aku hanya mencari tempat dimana tak kulihat senja. Aku hanya ingin menikmati malam,” jawab lelaki
“Tapi bukan senja aku kan...! hahaha..dasar orang aneh,” kata Senja.
“Hahahaha....,” Lelaki hanya tertawa lepas dan kembali menyanyi
Bulan teranglah lebih terang malam ini..agar aku semakin terang menerawang kenanganku diantara manusia.. *)

“Kau memang seratus persen aneh. Kutahu sejuta tanda tanya tersimpan dalam ransel bututmu itu. Kau hanya hahaha hehehe dan menyanyi sendiri dari tadi,”
“Yah beginilah..lebih baik tertawa..menertawai diri sendiri daripada jadi bahan tertawaan atau bahkan bahan mainan orang,”
“Kadang meski nampak gila, kau ada benarnya juga,”
Hahahaha..mereka berdua tertawa lepas tak lagi hiraukan orang-orang yang berlalu-lalang di depan mereka..Dan waktuun terus bergerak..Dari sore kini telah berubah menjadi senja sementara kereta yang mereka tunggu belum datang juga..
“Hai orang aneh sebenarnya yang kukatakan sedari tadi benar. Aku tak sedang mencari seseorang. Aku sedang menunggu seseorang,” kata Wanita bernama Senja
“Ah pusing aku mencerna kata-katamu. Bukankah menunggu tak beda jauh dengan mencari,”
“Ya terserah kau menangkapnya. Aku memang sedang menunggu. Menunggu seseorang yang katanya bungkuskan sebuah rembulan,”
“Apa lagi itu? Ah makin pusing saja aku mencernanya. Kau tak jauh beda denganku”


Comments